Featured, Info Terkini|

 

 

Petugas menunjukkan salah satu komponen pengolahan dan pembakaran sampah. Asap yang dihasilkan tidak berwarna hitam dan mencemari lingkungan. Foto oleh PT MRT Jakarta (Perseroda)/Irwan Citrajaya

Isu sampah dan pengelolaannya merupakan persoalan kompleks. Salah satunya adalah pengelolaan plastik maupun jenis sampah sisa produk yang digunakan baik oleh individu maupun perusahaan. Plastik membutuhkan waktu hingga ratusan hingga ribuan tahun agar dapat terurai. Bagi PT MRT Jakarta (Perseroda), komitmen untuk ‘memutus usia’ sampah yang dihasilkan dari stasiun dan depo MRT Jakarta secara konsisten terus diterapkan. Komitmen ini juga dilanjutkan dengan tidak hanya memutus usia sampah tersebut, namun juga memanfaatkan kembali hasil pengolahan sampah tersebut menjadi produk yang dapat digunakan kembali. Penerapan konsep reduce, reuse, dan recycle (3R) dilaksanakan dengan baik oleh PT MRT Jakarta (Perseroda). Melalui aspek reduce dan reuse, PT MRT Jakarta menerapkannya misalnya dengan mengurangi penggunaan air minum dalam kemasan dan menggantinya dengan penggunaan dispenser, menggunakan e-Office untuk berkorespondensi internal, serta mengurangi penggunaan kotak makanan saat penyelenggaraan acara. Adapun aspek recycle, memungkinkan pemanfaatan sampah plastik menjadi biji plastik, serta yang terbaru adalah dengan konsep waste-to-energy yakni mengolah plastik menjadi bahan bakar boiler.

Sampah di MRT Jakarta berasal dari berbagai sisa produk yang digunakan oleh pengguna jasa seperti gelas atau botol plastik minuman, tisu, kotak susu berbahan dasar karton, hingga sisa makanan seperti roti. Dari depo, sampah dapat berasal dari daun pepohonan atau rumput setelah pembersihan. Seluruh sampah ini dikelola dengan baik sehingga tidak menambah persoalan baru di luar sana. PT MRT Jakarta (Perseroda) menyebutnya dengan istilah ‘memutus usia’ sampah tersebut. Sebagai catatan, dalam periode Januari sampai dengan akhir Maret 2020 saja, rata-rata sampah yang dihasilkan di MRT Jakarta sekitar 28 ton hingga 39 ton per bulan. Saat pandemi April hingga akhir Juni 2020 lalu, sampah berkurang signifikan hingga mencapai lebih dari 50 persennya atau sekitar 13 ton per bulan.

Sampah daun diolah menjadi kompos lalu digunakan sebagai pupuk tanaman apotek hidup dan pohon di depo. Foto oleh PT MRT Jakarta (Perseroda)/Irwan Citrajaya

Setiap hari, tepatnya pada pukul 10.00 dan 21.00, petugas di tiap stasiun akan berkeliling mengumpulkan sampah dari tempat sampah di area publik dan dari gerai-gerai yang ada di stasiun tersebut. Sampah-sampah tersebut lalu dibawa ke ruang di area khusus yang berfungsi sebagai Tempat Penampungan Sementara (TPS). Ruang ini tersedia di setiap stasiun. Di sini, sampah-sampah yang masih tercampur satu sama lain dipilah sesuai klasifikasinya seperti plastik, kertas, atau organik (sisa makanan). Proses serupa juga dilakukan saat mengumpulkan sampah dan daun kering di depo. Lalu, sekitar pukul 01.00 WIB, truk pengangkut sampah dari mitra PT MRT Jakarta (Perseroda) akan mengambil sampah-sampah tersebut, ditimbang sebagai pencatatan, lalu dibawa ke tempat pengolahan khusus mandiri. Di tempat pengolahan inilah proses pemutusan usia sampah tersebut dimulai.

Petugas di stasiun sedang memilah sampah sebelum ditimbang, dicatat, dan diangkut. Foto oleh PT MRT Jakarta (Perseroda)/Irwan Citrajaya

“Sampah daun dan rumput dari depo akan diolah menjadi pupuk kompos. Pupuk kompos ini digunakan untuk tanaman apotek hidup dan pohon yang ditanam di depo serta tempat pengolahan sampah mandiri tersebut,” jelas Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta (Perseroda) Muhammad Effendi. “Bahkan, sampah roti atau sisa makanan dari gerai-gerai atau pengguna jasa jadi makanan ternak lele yang juga ada di tempat pengolahan sampah mandiri tersebut,” tambahnya. “Nah, yang menarik adalah bagaimana tim pengolahan sampah ini mengolah sampah plastik dan kertas atau tisu yang jumlahnya paling banyak,” ucapnya lagi.

Di lokasi pengolahan sampah mandiri tersebut, sampah plastik dibakar di dalam alat yang didesain khusus dan melalui sejumlah proses destilasi atau penyulingan yang dilengkapi dengan kondensor bertingkat (dua kali pendinginan) sehingga menghasilkan minyak sebagai bahan bakar boiler/alternatif. Sedangkan sampah kertas dan tisu juga dibakar menjadi bahan baku pembakarannya. Residu yang dihasilkan sedang dalam tahap uji coba untuk dijadikan produk baru seperti sejenis bata (conblock) dan bahan baku pagar panel. Asap yang dihasilkan dari pembakaran pun telah melalui beberapa tahap sehingga tidak berwarna hitam dan mencemari lingkungan. Sampah berbahan kaleng akan diolah di tempat peleburan. Petugas yang ada di lokasi pengolahan menyebutkan bahwa pemerintah setempat, mulai dari tingkat RT hingga kecamatan telah mengetahui proses pengolahan mandiri ini dan berharap agar lokasi ini menjadi percontohan bagi tempat lain. Selain itu, mitra PT MRT Jakarta (Perseroda) juga telah mendapatkan izin lingkungan daur ulang barang bukan logam untuk pengolahan mandiri ini.

Sebagai informasi, dilansir dari laman sains di Kompas.com, DKI Jakarta menghasilkan sampah 7.700 ton per hari. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk terus menekan angka sampah yang dihasilkan setiap hari, terutama sampah plastik. Salah satunya dengan melarang penggunaan kantung plastik sekali pakai terhitung sejak 1 Juli 2020 lalu. Dalam masa pandemi ini, PT MRT Jakarta (Perseroda) secara konsisten menerapkan Protokol BANGKIT yang salah satu aspeknya adalah Go Green. Melakukan pemutusan usia sampah adalah bagian dari konsistensi penerapan hal tersebut.

Penulis: Nasrullah

 


Source link

Close Search Window