Uncategorized|

Pembeli roti gandumkoe
Pelanggan MRT Jakarta sedang membeli produk roti Gandumkoe yang ada di Stasiun Lebak Bulus Grab. Foto oleh PT MRT Jakarta (Perseroda)/Irwan Citrajaya.

“MRT tuh jadi kayak ngasih akses lebih untuk pasar aku. Aku ini, kan, bisnis di dunia fesyen itu basicnya, community market, ya. Bagi yang berhijab denger nama aku, brand aku mungkin sudah kenal. Dengan adanya toko aku di MRT yang lihat jadi semua orang. Ini barang apa, sih, jualan apa, dan lain-lain. Aku dapat market baru seperti seragam kantoran. Banyak yang akhirnya nyocokin seragam kantornya dengan jilbab aku. Sekali lagi, MRT buka pasar yang lebih besar lagi buat brand aku,”

Hal tersebut disampaikan oleh Creative Director ETU by Restu Anggraini, Restu Anggraini, saat menjadi salah satu narasumber dalam sesi diskusi virtual Dialog bersama Marti dengan tema Bangga Pakai Produk UMKM pada Kamis (18-2-2021) lalu. Produk fesyen Restu Anggrani yang menyediakan berbagai jenis jilbab dan kreasi fesyen lainnya dapat ditemukan di Stasiun Lebak Bulus Grab bersama dengan beberapa produk jenama (brand) UMKM lainnya. Hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut, Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta (Perseroda) Silvia Halim dan Ketua Koperasi Dekranasda Provinsi DKI Jakarta Satrio Herlambang.

Saat ini, tercatat ada sembilan jenama usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang tersebar di tiga stasiun, yaitu:

  • Stasiun Lebak Bulus Grab: Darkao (minuman cokelat), Broodmet (roti lapis), RA (fesyen), dan Gandumkoe Bakery (roti). Selain itu ada Wande Jajan dan Wande Seni yang merupakan koperasi binaan PT MRT Jakarta (Perseroda) yang berisi produk UMKM dan gerai Dewan Kerajinan Nasional Daerah DKI Jakarta.
  • Stasiun Fatmawati: Batik Shio (fesyen), Komma (fesyen), Lemper Purnama (kudapan), dan Honey Loaf Bakery (roti).
  • Stasiun Dukuh Atas BNI: Lemper Purnama dan Gandumkoe Bakery
Gerai RA
Gerai RA di Stasiun Lebak Bulus Grab. Foto oleh PT MRT Jakarta (Perseroda)/Irwan Citrajaya. 

Silvia Halim menyebutkan bahwa PT MRT Jakarta (Perseroda) tidak sekadar menyediakan tempat bagi pelaku UMKM tersebut, namun juga menyediakan rangkaian program inkubasi. “Kita ada aspek pembinaan dan pemberdayaan sekaligus memberikan kesempatan kerja agar membantu mempercepat perkembangan usahanya. Mulai dari tahap seleksi, biaya sewa tempat dengan harga sangat terjangkau Rp1,3 juta sudah termasuk gerai, fasilitas listrik dan air, serta sistem point of sales. Selanjutnya ada rangkaian pelatihan terutama aspek pemasaran,” jelas ia. “Kita juga tempatkan di stasiun yang ramai seperti Lebak Bulus Grab, Fatmawati, dan Dukuh Atas BNI,” lanjut Silvia.

Bahkan, selama masa pandemi ini, tambah Silvia, kita memberikan relaksasi sewa bulanan. “Kita kenakan sewa Rp0 atau gratis sejak April 2020 lalu. Pelatihan masih terus dilakuan secara virtual, terutama untuk sektor fesyen dan kriya tentang berinovasi dan mengidentifikasi kebutuhan baru akibat pandemi. Seperti membuat masker, kreasi konten digital dan pelatihan pemasarannya,” ungkap ia. “Ke depannya kita sedang menjalankan proses transformasi digital, bukan hanya perusahaan PT MRT Jakarta (Perseroda) saja, namun juga terhadap ekosistemnya, yaitu mitra, termasuk UMKM. Kita akan munculkan semua profil UMKM di aplikasi MRT-J kita,” tutur Silvia.

Survei Katadata Insight Center (KIC) terhadap UMKM di Jabodetabek pada Juni 2020 lalu menunjukkan 82,9 persen UMKM terpukul akibat pandemi. 56,8 persen di antaranya berada dalam kondisi buruk sedangkan 5,9 persen masih bisa mendapatkan untung meskipun kenyataannya sektor UMKM berkontribusi sebesar 60,3 persen terhadap produk domestic bruto serta menyerap 97 persen tenaga kerja di Indonesia. PT MRT Jakarta (Perseroda) memberikan komitmen besar terhadap pertumbuhan UMKM dan terus bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI dalam mengembangkan sektor UMKM di ekosistem MRT Jakarta.

Penulis: Nasrullah. 


Source link

Close Search Window