Info Terkini|

[ad_1]

Pengetapan di MRT Jakarta dapat menggunakan kode QR. Foto oleh PT MRT Jakarta (Perseroda)/Irwan Citrajaya

Menyongsong era kenormalan baru semasa pandemi, PT MRT Jakarta (Perseroda) mengubah cara berbisnisnya. Hal ini dilakukan agar tetap relevan dan bisa terus membantu pemerintah dalam menjalankan fungsi pelayanan publik serta tetap berbisnis dengan baik. Ada tiga komponen yang termasuk ke dalam konsep business beyond normal, yaitu beyond ridership, beyond physical mobility, dan beyond transport network. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) William Sabandar dalam diskusi daring pada Kamis, 11 Juni 2020 lalu.

“Pertama, beyond ridership. Bisnis transportasi publik biasanya tentang penumpang. Ukurannya selalu bicara berapa jumlah ridership, selalu dinilai dari aspek tersebut. Bagi MRT Jakarta, parameter tersebut sudah tidak berlaku lagi, terutama dengan adanya pembatasan penumpang dan penerapan social distancing,” jelas William. “Yang bisa kita lakukan adalah dorong dan pacu pendapatan nontiket. Penjenamaan dan gaya hidup pengguna MRT Jakarta sehingga ada kenyamanan dan akan ada value yang tercipta dari gaya hidup tersebut,” lanjut ia. Saat ini, tambah William, telah kita mulai dengan kode QR sebagai alat pembayaran tiket. “Akan kita kaitkan dengan fungsinya sebagai metode pembayaran di retail dan fungsi komersial lainnya seabgai tempat kolaborasi dari seluruh masyarakat yang akan mendapatkan manfaat,” ungkap ia. Selain mendorong transaksi nontunai, PT MRT Jakarta (Perseroda) juga sedang menyiapkan konsep berbagi ruang kerja (coworking space) di beberapa stasiun. Ruang kerja berbagi tersebut nantinya akan dilengkapi dengan fasilitas konferensi video.

Pembelian tiket dapat melalui aplikasi MRT-J.

Kedua, beyond physical mobility. “MRT Jakarta tidak bisa lagi bicara sekadar alat transportasi fisik. MRT Jakarta harus masuk ke bisnis dank anal virtual mobility seperti optimalisasi situs web atau aplikasi mobile untuk tiket, iklan, dan servis lainnya,” tutur William. “Dan ketiga, beyond transport network. Pengembangan jaringan MRT Jakarta, tidak hanya melalui pengembangan proyek dan rute, namun jaringan dengan konsep urban regeneration atau pembangunan transit oriented development,” ujar ia. “Dengan begitu, dapat membangun tatanan kehidupan kota baru di sekitar jaringan atau stasiun MRT Jakarta. Di fase 2 ini mulai digalakkan kombinasi antara rute dan kawan berorientasi transit tersebut. Contohnya di kawasan Kota Tua. Apabila MRT Jakarta sampai di kawasan Kota Tua, nantinya sudah tertata dengan baik. Hal tersebut memberikan nilai bisnis baru bagi MRT Jakarta,” lanjut ia.

Baca Juga: Program MRTJ ACCEL

Saat ini, PT MRT Jakarta (Perseroda) telah memulai sejumlah program yang mewujudkan kolaborasi dengan berbagai pihak sebagai bagian dari mendorong pendapatan nontiket. Salah satunya, MRTJ ACCEL (http://accel.jakartamrt.co.id). Program ini mengajak para pemilik perusahan rintisan lokal di Indonesia untuk berkolaborasi dengan PT MRT Jakarta (Perseroda) dalam mengembangkan ekosistem digital di sepanjang jalur MRT Jakarta, termasuk kawasan transit oriented development. Program ini dibuka pada 8 Juni lalu dan diharapkan pada Desember 2020 nanti sudah ada perusahan rintisan yang terlibat. [NAS]

[ad_2]

Source link

Comments are closed.

Close Search Window