[ad_1]
Waktu menunjukkan pukul 00.10 WIB pada Rabu (23-10-2019) lalu. Pemandangan tidak biasa terlihat di area beranda peron (concourse) Stasiun Setiabudi Astra. Ketika stasiun telah ditutup untuk operasional publik sehari-hari, sejumlah orang lengkap dengan alat pelindung diri (APD) tengah berkumpul. Di antara kumpulan orang tersebut, terlihat Komisaris Utama PT MRT Jakarta, Muhammad Syaugi, Komisaris PT MRT Jakarta, Adnan Pandu Praja, Komisaris PT MRT Jakarta, Zulfikri, dan Komisaris PT MRT Jakarta, Mukhtasor. Terlihat juga Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar, Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, Silvia Halim, dan Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta, Muhammad Effendi. Bersama dengan tim pemeliharaan sipil dan tim terkait lainnya, mereka hendak melakukan inspeksi terowongan. Rencananya, tim akan berjalan kaki menyusuri terowongan dari Stasiun Setiabudi Astra hingga Stasiun Dukuh Atas BNI sejauh sekitar satu kilometer.
“Inspeksi terowongan bawah tanah MRT ini dalam rangka pengecekan rutin terhadap fasilitas MRT Jakarta agar tetap terpelihara dengan baik. Inspeksi seperti ini hanya bisa dilakukan pada saaat kereta MRT Jakarta sedang tidak beroperasi, yaitu tengah malam hingga subuh antara pukul 00.00 hingga 04.00 WIB,” ujar William Sabandar. “Sambil melihat dan mengecek secara detail seluruh fasilitas MRT Jakarta yang ada di terowongan, kami berdiskusi mengenai hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam pemeliharaan maupun dalam pekerjaan konstruksi MRT Jakarta ke depannya,” lanjut ia.
Terowongan MRT Jakarta membentang sepanjang sekitar enam kilometer di bawah Jalan Sudirman. Jalur bawah tanah dibangun menggunakan empat bor raksasa. Berada di kedalaman bervariasi (17,5-28 meter di bawah permukaan tanah), jalur bawah tanah terdiri dari enam stasiun di mana tiap stasiunnya terdiri dari dua lantai (concourse sebagai area komersil dan platform (peron) penumpang sebagai area menunggu kereta). Terdapat dua terowongan yang menghubungkan koridor satu ini, yaitu jalur downtrack (southbound) yang mengarah dari Bundaran Hotel Indonesia menuju Lebak Bulus dan uptrack (northbound) yang membawa penumpang dari Lebak Bulus ke Bundaran Hotel Indonesia.
Dalam membangun konstruksi bawah tanah ini, diterapkan pelapisan sealer untuk mencegah potensi air masuk melalui celah antarpanel dinding. Di lantai dan atap stasiun ada waterproofing membrane untuk mencegah air masuk ke dalam stasiun, begitu juga dengan sambungan antarsegmen terowongan. Desain konstruksi stasiun dan jalur bawah tanah telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) 2012. [NAS]
[ad_2]
Source link