[ad_1]

Masyarakat mulai menggunakan ratangga saat pembukaan sektor perkantoran dimulai pada 8 Juni lalu. Foto oleh PT MRT Jakarta (Perseroda)/Irwan Citrajaya
Berdasarkan hasil survei kepada masyarakat terkait penggunaan MRT Jakarta setelah masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berakhir, 98 persen responden merasa aman apabila naik MRT Jakarta. Selain itu, survei yang diisi oleh 760 responden ini menyebutkan 91 persen akan kembali menggunakan MRT Jakarta karena merasa lebih efektif dan efisien. Responden juga menyebutkan akan kembali menggunakan MRT Jakarta apabila jadwal operasional kembali normal. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) William Sabandar saat memaparkan perkembangan terbaru dari PT MRT Jakarta (Perseroda) dalam forum daring “Forum Jurnalis” yang digelar via daring pada Kamis (11-6-2020) lalu. Tercatat sekitar 45 jurnalis yang hadir dalam tatap muka bulanan tersebut.
“Kami juga menggelar survei kepada masyarakat terkait minat masyarakat menggunakan MRT Jakarta dan mengejutkan sekali bahwa angkanya sangat baik karena kami berpikir orang akan menghindari transportasi publik karena dilihat sebagai sarana penyebaran COVID-19,” jelas ia. “Situasi tersebut tidak terjadi di MRT Jakarta karena sejak awal kami sangat ketat seluruh prosedur standar kesehatan masyarakat,” tegas ia.
Berdasarkan catatan, rata-rata pengguna jasa MRT Jakarta pada April 2020 lalu sekitar lima ribu orang per hari. Sedangkan pada Mei 2020 sekitar dua ribu orang per hari. Jumlah ini menurun drastis dari jumlah harian sebelum pandemi yang mencapai 100 ribu orang per hari. Jumlah pengguna layanan kembali menunjukkan kenaikan pada Senin, 8 JUni 2020 lalu saat pemberlakukan PSBB masa transisi sektor perkantoran mulai dijalankan. Tercatat ada sekitar 12.279 orang menggunakan ratangga. Pada 9 Juni tercatat 12.815, dan pada 10 Juni tercatat 13.308 pengguna layanan. PT MRT Jakarta (Perseroda) memprediksi saat pembukaan sektor perekonomian seperti mal pada minggu depan (sesuai Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 563 tahun 2020), angka ini akan naik menjadi 20—30 ribu orang per hari. Dan, bila PSBB masa transisi berhasil baik, angka penumpang juga diprediksi naik menjadi 60—70 ribu orang per hari.

PT MRT Jakarta (Perseroda) menyiapkan marka pengatur antrean di pintu penumpang (passenger gate) agar aspek jaga jarak senantiasa dilaksanakan. Foto oleh PT MRT Jakarta (Perseroda)/Irwan Citrajaya
PT MRT Jakarta (Perseroda) juga telah membuka seluruh 13 stasiun dan menjalankan pola operasi dimulai pada pukul 05.00 WIB hingga 21.00 WIB pada hari senin sampai dengan jumat dan pola operasi 06.00 WIB sampai dengan 20.00 WIB pada akhir pekan (sabtu dan minggu). Kereta juga kembali ke pola keberangkatan setiap lima menit pada waktu sibuk (07.00—09.00 WIB dan 17.00—19.00 WIB) dan 10 menit di luar itu. Namun, di akhir pekan, selang waktu keberangkatan antar-ratangga adalah setiap 20 menit. Selama PSBB masa transisi ini pula, tidak diberlakukan aturan kereta khusus wanita seperti sebelum masa pandemi.
Saat ini, ratangga beroperasi dengan 50 persen kapasitasnya sebagai bentuk upaya untuk menerapkan pembatasan jarak fisik (physical distancing) di transportasi publik. Di dalam kereta diberi marka, baik di tempat duduk maupun tempat berdiri, yang boleh dan tidak boleh digunakan oleh pengguna jasa. Penerapan peraturan tersebut membuat jumlah pengguna jasa per kereta dibatasi hingga 62—67 orang per kereta. Meski demikian, hasil survei menunjukkan bahwa penerapan jaga jarak fisik dan protokol kesehatan lainnya di MRT Jakarta sangat didukung dan mendapat apresiasi dari masyarakat karena memberikan jaminan keamanan dari risiko terpapar virus COVID-19. [NAS]
[ad_2]
Source link