[ad_1]

Terowongan Kendal, Dukuh Atas telah menjadi salah satu kancah lebur warga Jakarta. Selain sebagai penghubung antarmoda transportasi publik, beragam kegiatan seni budaya kerap dilakukan di sini. Foto diambil sebelum pandemi SARS-CoV2. Foto oleh PT MRT Jakarta (Perseroda)/Irwan Citrajaya.
Pengembangan transportasi publik di Jakarta memiliki tiga peran utama, yaitu pertama, sebagai katalis regenerasi perkotaan, pengubah gaya hidup urban, dan penumbuh ekonomi perkotaan. Kehadiran moda raya terpadu (MRT) di Jakarta akan menjadi pionir terhadap pengembangan dan regenerasi Jakarta.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta (Perseroda) Muhammad Effendi saat menjadi salah satu narasumber dalam sesi webinar yang diadakan oleh Institut Transportasi dan Logistik Trisakti yang berlangsung secara daring pada Rabu (9-9-2020) lalu. Acara yang mengusung tema “TOD Berbasis Railway dan Strategi Penerapannya di Jakarta” tersebut menghadirkan sejumlah pembicara dari Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan, Kementerian Perhubungan RI, Masyarakat Transportasi Indonesia MTI), dan sejumlah akademisi dari perguruan tinggi.

Kawasan Dukuh Atas dulu dikenal sebagai area transit yang semrawut. Saat ini, berubah menjadi kawasan yang aman dan nyaman bagi pejalan kaki dan pengguna transportasi publik. Foto diambil sebelum pandemi SARS-CoV2. Foto oleh PT MRT Jakarta (Perseroda)/Irwan Citrajaya
“Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 15 Tahun 2020, PT MRT Jakarta (Perseroda) ditunjuk sebagai pengelola Kawasan Berorientasi Transit untuk koridor utara—selatan MRT Jakarta, yaitu Stasiun Lebak Bulus Grab, Fatmawati, Blok M BCA—ASEAN, Istora Mandiri—Senayan, dan Dukuh Atas BNI,” jelas Effendi. “Untuk saat ini, sudah terbit Pergub Nomor 55 Tahun 2020 untuk pengembangan Kawasan Berorientasi Transit Blok M BCA—ASEAN, Pergub Nomor 56 Tahun 2020 untuk pengembangan Kawasan Berorientasi Transit Fatmawati, dan Pergub Tahun 57 Tahun 2020 untuk pengembangan Kawasan Berorientasi Transit Lebak Bulus Grab,” lanjut ia.
Tujuan besarnya, tambah ia, ialah membangun kawasan tersebut agar berkesinambungan dari segi perencanaan, keterhubungan, komersial, peningkatan pengguna jasa, dan pengelolaan kawasan. “Bahkan terkait transit oriented development ini, PT MRT Jakarta (Perseroda) telah melangkah cukup jauh dengan membentuk anak perusahaan baru khusus untuk pengembangan TOD ini, yaitu PT Integrasi Transit Jakarta,” ungkap Effendi. “Pada fase 2 nanti, tim kami sudah memasukkan aspek pengembangan TOD ke dalam desain dan perencanaan pembangunannya sehingga tidak seperti fase 1 yang dikembangkan setelah infrastrukturnya selesai,” imbuh ia.
Effendi juga menyebutkan bahwa dalam panduan rancang kota, terdapat rencana jangka pendek tiga tahun, jangka menengah tujuh tahun, dan jangka Panjang 10 tahun. “Akan dilakukan peremajaan jalur pejalan kaki, peningkatan kuantitas ruang terbuka hijau, penyediaan hunian terjangkau, dan perencanaan ruang usaha terjangkau,” ujar ia. “Saat ini, kawasan Dukuh Atas sudah mulai menunjukkan bagaimana masyarakat menikmati akses pejalan kaki yang aman dan nyaman saat transit dari beberapa moda transportasi massal di kawasan tersebut,” pungkas ia.
Jakarta sedang berubah dari paradigma kota yang dibangun dengan basis jalan raya untuk kendaraan pribadi ke basis transportasi publik. Sejatinya, dengan pengembangan kota berorientasi transit, Jakarta akan menjadi area perkotaan yang dapat memadukan fungsi transit dengan manusia, kegiatan mobilitasnya, bangunan, serta ruang publik yang akan mengoptimalkan akses terhadap transportasi publik sehingga menunjang daya angkut masyarakat.
Penulis: Nasrullah
[ad_2]
Source link